Burung hantu bertelinga panjang
Selanjutnya adalah burung hantu bertelinga panjang (Asio otus). Sebenarnya, yang menyerupai tanduk di kepalanya bukanlah telinga, melainkan jumbai yang terdiri dari 6–8 helai bulu. Jumbai ini akan tegak jika mereka merasa terancam atau waspada.
Burung yang pemalu ini menyukai hewan mungil, seperti tikus, anak kelinci, burung kecil, ular kecil, dan serangga. Setelah menangkap mangsanya, mereka akan menggigit bagian belakang tengkoraknya lalu menelannya dalam keadaan utuh. Perannya positif bagi ekosistem, yaitu membantu mengendalikan populasi hewan pengerat yang dianggap sebagai hama pertanian.
Baca Juga: 4 Spesies Burung Hantu Terbesar di Dunia, Hingga 1,9 Meter!
Kasunanan Surakarta
Kasunanan Surakarta Hadiningrat adalah sebuah kerajaan di Pulau Jawa bagian tengah yang berdiri pada tahun 1745. Kasunanan itu merupakan penerus dari Kesultanan Mataram yang beribu kota di Kartasura dan selanjutnya berpindah di Surakarta.
Pada tahun 1755, sebagai hasil dari Perjanjian Giyanti yang disahkan pada tanggal 13 Februari 1755 antara VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dengan Pangeran Mangkubumi, disepakati bahwa wilayah Mataram dibagi menjadi dua pemerintahan, yaitu Surakarta dan Yogyakarta.
Awalnya, 1745 hingga peristiwa Palihan Nagari pada 1755, Kesunanan Surakarta yang beribu kota di Surakarta merupakan kelanjutan dari Kesultanan Mataram yang sebelumnya berkedudukan di Kartasura, baik dari segi wilayah, pemerintahan, maupun kedudukan penguasanya.
Setelah Perjanjian Giyanti dan diadakannya Pertemuan Jatisari pada tahun 1755 menyebabkan terpecahnya Kesunanan Surakarta menjadi dua kerajaan; kota Surakarta tetap menjadi pusat pemerintahan sebagian wilayah Kesunanan Surakarta dengan rajanya yaitu Susuhunan Pakubuwana III, sedangkan sebagian wilayah Kesunanan Surakarta yang lain diperintah oleh Sultan Hamengkubuwana I yang berkedudukan di kota Yogyakarta, dan wilayah kerajaannya kemudian disebut sebagai Kesultanan Yogyakarta.
Kemudian dibuat Perjanjian Salatiga tanggal 17 Maret 1757, yang membuat wilayah Kesunanan makin kecil. Sebagian wilayah, yakni Nagara Agung (wilayah inti di sekitar ibu kota kerajaan) diserahkan kepada Raden Mas Said yang kemudian bergelar Adipati Mangkunegara I. Saat ini, Mangkunegaran masih eksis.
Mangkunegaran adalah kadipaten yang posisinya di bawah kasunanan dan kasultanan, sehingga penguasa tidak berhak menyandang gelar Sunan ataupun Sultan.
Penguasa Keraton Kasunanan Surakarta bergelar Sunan Pakubuwono, sedangkan gelar penguasa Kadipaten Mangkunegaran adalah Pangeran Adipati Aryo Mangkunegoro.
Antara tahun 1757 sampai dengan 1946, Kadipaten Mangkunegaran adalah kerajaan otonom yang berhak memiliki tentara sendiri yang independen dari Kasunanan Surakarta.
Wilayahnya mencakup bagian utara Kota Surakarta, di antaranya adalah Kecamatan Banjarsari, kemudian seluruh Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Wonogiri, dan sebagian wilayah Kecamatan Ngawen serta Semin di Gunung Kidul, Yogyakarta. Keseluruhan wilayah Mangkunegaran tersebut hampir mencapai 50 persen wilayah dari Kasunanan Surakarta.
Saat ini, Mangkunegaran dipimpin oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X atau Gusti Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo merupakan raja.
Sejatinya, pemimpin Mangkunegaran bukanlah raja, namun adipati atau pangeran miji atau pangeran mandiri, yang memimpin sebuah kadipaten di bawah Keraton Kasunanan Surakarta bernama Mangkunegaran.
Meskipun kedudukan pemimpin Mangkunegara yang sebenarnya adalah adipati, namun kerap dianggap raja dalam memori masyarakat Mangkunegara. Itu dipengaruhi oleh Mangkunegara yang dulu sempat berkuasa atas beberapa wilayah, yakni Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri.
Kesultanan Yogyakarta
Kesultanan Yogyakarta atau Ngayogyakarta Hadiningrat ini berdiri sejak 1755 dan raja pertama yang menjabat di kesultanan itu adalah Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengkubuwono 1.
Kerajaan itu mulanya merupakan pecahan dari Kerajaan Mataram Islam yang terpecah menjadi dua. Pembagian wilayah itu tertuang pada Perjanjian Giyanti. Pecahan lainnya menjadi Kasunanan Surakarta.
Di tahun 1950, Kesultanan Yogyakarta resmi berubah menjadi yang kita kenal saat ini yakni Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan hingga saat ini gelar untuk pemimpin-pemimpin daerah tersebut masih menggunakan gelar Hamengkubuwono.
Saat ini, Kasultanan Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
Installation and removal
There are examples in Hyde Park, Richmond Park and village area of Wimbledon in London; Rayleigh, Colchester and Great Notley in Essex and Worsley, Salford as well as near Epsom Downs Racecourse, Surrey and in Colton on the former A6120 (now B6902) in Leeds. The crossing in Colton has a separate gravel covered section, signposted for use by horses only, located at 53.795888,-1.436130. Another example is situated between Whitby and Robin Hood's Bay, North Yorkshire on Stainsacre Lane.
After completion of upgrading the A66 between Greta Bridge–Scotch Corner in 2007,[4] two pegasus crossings were installed on the section of the dual carriageway in 2009, immediately to the west of Scotch Corner. These crossings included raised buttons for horse riders, safety fences and lights to control the traffic which consisted of only two orange lights. These crossings never became operational and with the exception of the safety fences were later[when?] removed.
There are also examples in use in Lima, Peru.
Control panel for equestrians,
Indonesia memiliki sejarah panjang dari era kerajaan, kolonial, hingga era modern. Saat ini, masih ada kerajaan di Jawa yang masih eksis.
Di Pulau Jawa pernah berdiri beberapa kerajaan besar. Dari Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, Kesultanan Demak, Kerajaan Mataram Islam, Kesultanan Cirebon, hingga Kesultanan Banten.
Di antara kerajaan tersebut, masih ada kerajaan yang eksis dengan dipimpin oleh seorang raja. Tetapi, di antara kerajaan itu, hanya Kesultanan Yogyakarta yang masih memiliki fungsi pemerintahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kerajaan-kerajaan di Jawa dan kerajaan lain di Indonesia masih berkumpul dalam sebuah Majelis Agung Raja dan Sultan (MARS) Indonesia. Di antara yang masih eksis itu adalah Kasultanan Yogyakarta, Kasunanan Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo, Puro Mangkunegaran, Keraton Cirebon, dan Kasultanan Banten. Kesultanan Yogyakarta satu-satunya yang memiliki hak istimewa mengelola pemerintahan. Sedangkan yang lain memiliki fungsi kebudayaan.
Berbicara tentang burung yang nokturnal (aktif di malam hari), pikiran kita mungkin langsung tertuju pada burung hantu. Hewan dari ordo Strigiformes ini terbagi atas dua famili, yaitu Tytonidae yang mempunyai wajah berbentuk hati dan Strigidae yang kebanyakan berwajah bulat. Dari seluruh burung hantu, 69 persen di antaranya adalah nokturnal, 22 persen crepuscular (aktif saat fajar dan senja), serta 3 persen diurnal (aktif di siang hari).
Ada sekitar 250 spesies burung hantu yang tersebar di seluruh dunia, termasuk Inggris. Sebagai burung pemangsa, mereka menggunakan cakar yang tajam dan paruh yang melengkung untuk berburu. Lihat lebih dekat beberapa spesies burung hantu yang dapat dijumpai di Inggris, yuk!
Burung hantu cokelat
Pertama adalah burung hantu cokelat (Strix aluco), yang warna bulunya seperti namanya. Burung hantu dari famili Strigidae ini beratnya kurang lebih 500 gram dengan lebar sayap satu meter. Mereka dapat dijumpai di hutan dan biasanya bertelur di sarang burung gagak atau bekas lubang tupai.
Makanannya bervariasi, mulai dari mamalia kecil, kelelawar, amfibi, hingga cacing tanah. Di alam liar, umurnya rata-rata hanya empat tahun. Tetapi, mereka bisa hidup lebih dari 27 tahun di penangkaran.
Kesultanan Cirebon
Kesultanan Cirebon ini disebut sebagai jembatan untuk kebudayaan di Jawa Tengah dan Jawa Barat, Kesultanan Cirebon ini memiliki corak Islam yang begitu mahsyur di abad 15-16 Masehi. Memiliki letak yang cukup strategis menjadi kesultanan ini sebagai jalur perdagangan dan pelayaran yang cukup vital antar pulau di masa itu.
Kesultanan Cirebon didirikan oleh Pangeran Cakrabuana atau Walangsungsang atau Haji Abudllah Imam pada tahun 1430. Ia sangat aktif dalam penyebarluasan agama Islam dan Kesultanan Cirebon meningkat kejayaannya ketika dipimpin oleh Sunan Gunung Jati.
Saat ini, Keraton Cirebon dipimpin Sultan Sepuh Aloeda II atau Raden Rahardjo.
Berikut beberapa di antara kerajaan di Jawa yang masih eksis hingga kini:
Burung hantu kecil
Namanya tidak hanya burung hantu kecil (Athene noctua), tetapi juga dikenal sebagai burung hantu Minerva dan burung hantu Athena. Berat rata-ratanya 164 gram, namun bisa mencapai 350 gram. Sementara, rentang sayapnya berkisar antara 55–56 cm. It’s so tiny and cute!
Sebenarnya burung hantu kecil bukanlah spesies asli Inggris, melainkan diperkenalkan pada abad ke-19. Makanan utamanya juga bukan tikus, tetapi ngengat, kumbang, dan cacing tanah. Sadly, karena mungil, mereka adalah mangsa bagi burung hantu lain, elang, rubah, hingga cerpelai.
Jika dilihat lebih dekat, setiap burung hantu memiliki ciri fisik dan sifat yang berbeda-beda. Semoga mereka lestari selamanya, agar populasi tikus tetap terkontrol!
Baca Juga: 7 Fakta Burung Hantu Salju, Hedwig Peliharaan Harry Potter
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
A Pegasus Crossing is a type of crossing controlled by traffic signals. They work in a similar way to pelican crossings except extra push buttons are made available at an increased height for horse riders. Red and green horse pictograms may also be used.
A pegasus crossing (United Kingdom; also equestrian crossing) is a type of signalised pedestrian crossing, with special consideration for horse riders...
the crossing (like a puffin crossing), or on the opposite side of the road (like a pelican crossing). A related crossing type is the pegasus crossing for...
Look up Pegasus, pegasus, or pegasi in Wiktionary, the free dictionary. Pegasus was a winged horse sired by Poseidon in Greek mythology. Pegasus may also...
carriageway are separate crossings, the crossing is staggered. Pedestrian scramble Pegasus crossing Toucan crossing The official highway code. Driving Standards...
Pegasus Bridge, originally called the Bénouville Bridge after the neighbouring village, is a road crossing over the Caen Canal, between Caen and Ouistreham...
Allied territory. The first escape operation (Pegasus I) was a success, but a second operation (Pegasus II) was compromised and failed. Despite this,...
the route but traffic is now restricted to 40 mph; a combined toucan/pegasus crossing offers pedestrians, cyclists and horse riders an alternative to the...
road at Killinghall Bridge. It then crosses the A61 by means of a Pegasus crossing and runs parallel to the road into Ripley on its own path. The last...
sheltered by the Dutch underground until they could be rescued in Operation Pegasus on 22 October 1944. Historians have been critical of the planning and execution...
The Pegasus Quantum is a British two-seat, ultralight trike that was designed and produced by Pegasus Aviation and later by P&M Aviation. The aircraft...
Geico Car Insurance is an interesting topic with various benefits and opportunities to explore....
A push-button controlled crossing which permits equestrian as well as pedestrian use. A second push-button box is mounted higher up such that the horse rider does not need to dismount to operate the crossing.
Pegasus crossings are sometimes used in conjuction with a toucan crossing with separate crossing points for equestrians and cyclists.
Example of combined pegasus and toucan crossing on NCR21: http://goo.gl/maps/Mi4Q4 (Equestrian portion in the foreground and cyclist portion in the background)
Type of pedestrian crossing
A pegasus crossing (United Kingdom; also equestrian crossing) is a type of signalised pedestrian crossing, with special consideration for horse riders. This type of crossing is named after the mythical winged horse, Pegasus. They are primarily used in the United Kingdom and Peru.[1]
At a minimum, these crossings are in the form of a pelican crossing or puffin crossing but simply have two control panels, one at the normal height for pedestrians or dismounted riders, and one two metres above the ground for the use of mounted riders, and the "green man" (walk) and "red man" (stop) pictograms are replaced with horses. Additional features, to improve safety, include a wooden fence or other barrier and a wider crossing so that the horses are further away from vehicles than normal.
If the crossing is to be used by pedestrians and cyclists too, then a parallel, separate toucan crossing may be placed next to the pegasus crossing.[2][3]
Kesultanan Kanoman
Kesultanan Kanoman ini didirikan oleh Pangeran Muhamad Badrudi Kertawijaya atau Sultan Anom 1 di tahun 1678. Sebelumnya, Kesultanan Kanoman ini merupakan pecahan dari Kesultanan Cirebon pada tahun 1666.
Di masa kekosongan 1666 hingga 1678 itu Kesultanan Cirebon diambil alih kekuasaannya oleh Kerajaan Mataram. Berjalannya waktu dan tak puasnya pengambilahinan tersebut hingga menimbulkan konflik.
Akhirnya Kesultanan Cirebon dipecah dan salah satunya Kesultanan Kanoman yang diberikan Pangeran Muhamad Badrudin Kertawijaya.
Jejak-jejak peradaban kerajaan-kerajaan di atas masih bisa dilihat hingga sekarang di setiap wilayahnya. Masih terdapat keraton atau tempat pemerintahan dan tempat tinggal raja-raja yang menduduki kursi kekuasaan.
Peninggalan kerajaan-kerajaan tersebut kini menjadi sebuah destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh para wisatawan yang ingin melihat dan menggali informasi tentang sejarah kerajaan tersebut.
Saat ini, Kesultanan Kanoman dipimpin oleh Sultan Anom XII Mochamad Saladin.
Jadi keraton mana saja yang sudah kamu datangi?
Kalimantan atau Borneo memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Pulau ini adalah rumah bagi beberapa burung dari famili Phasianidae. Ciri-ciri famili ini adalah bertubuh berat, hidup di darat, dan berkaki kuat, namun tidak semuanya bisa terbang.
Phasianidae sendiri terdiri atas 185 spesies. Lantas, apa saja burung dari famili Phasianidae yang bisa ditemukan di Kalimantan dan bagaimana wujudnya? Let’s take a look!